Walau pada saat saya mengunjunginya sebelum masa liburan, jembatan sepanjang 800 meter yang menghubungkan Tidung Besar dan Tidung Kecil tersebut penuh sesak pengunjung yang sebagian besar muda mudi yang sengaja datang karena penasaran dengan cerita mengenai Jembatan Cinta yang sudah menjadi salah satu ikon wisata di Pulau wisata tersebut.
"Saya tertarik datang ke tempat wisata ini untuk mencari sebuah berita unik untuk di publikasikan pada masyarakat yang belum mengetahuinya dan memang dari dalam diri pribadi saya sendiri muncul rasa ingin tahu dengan cerita mengenai jembatan ini. Dari cerita yang saya dengar, pasangan yang menyeberangi Jembatan Cinta ini akan mendapatkan cinta abadi," kata Mutiara, salah satu reporter berita dari KOMPAS TV yang datang bersama anggota kru’nya.
Meski tidak sepenuhnya percaya dengan mitos masyarakatt setempat tersebut, dari hasil survey pengunjung yang berada di lokasi sepakat menegaskan tujuan utamanya adalah mengisi waktu senggang yang mereka miliki di tengah kesibukan dan menikmati keindahan alam yang ditawarkan oleh Pulau Tidung.
"Namanya juga mitos, boleh
percaya dan boleh tidak. Saya merawat kawasan ini untuk dinikmati bagi
pengunjung yang ingin tahu lebih lengkap lagi mengenai keindahan Pulau
Tidung" kata sekretaris Rukun Warga di sana yang mewakilkan untuk
diwawancarai, yang bertepatan pada saat itu Ketua RT di sana sedang mengikuti
rapat di Sunter, Jakarta.
Versi lain dari mitos Jembatan Cinta
adalah, pasangan yang secara bersama berani melompat dari jembatan tersebut,
maka hanya maut yang akan memisahkan mereka. Di salah satu bagian tertinggi dari jembatan yang dibuat
melengkung setinggi delapan meter, puluhan orang baik itu pengunjung dari luar
Pulau maupun penduduk Pulau yang memang sengaja menjadikan itu sebagai tempat
rekreasi harian mereka juga tampak mengantri untuk melompat di wahana yang
mengacu adrenalin tersebut. Tapi tidak sedikit yang tampak ragu-ragu dan tidak
berani untuk melompat setelah berada di pinggir jembatan.
"Lompatlah buat ngerasain gimana sensasi
yang di dapet pada saat melompat hingga pada saat sampai di dalam dasar
permukaan laut," kata salah seorang penduduk yang nampak sudah
berkali-kali melompati jembatan ini menggambarkan sensasi luar biasa yang di
dapat kepada seorang pengunjung yang sudah siap-siap di pinggir jembatan untuk
melompat dan seorang rekannya yang sudah menyiapkan bidik kamera untuk
mengabadikan peristiwa tersebut.
Dari hasil wawancara yang dilakukan membuat rasa penasaran saya tergali
semakin dalam. Pulau Tidung yang bisa ditempuh
dalam waktu sekitar dua setengah jam dari Pelabuhan Muara Angke yang sebenaryan
adalah pelabuhan kapal nelayan dan akses lainnya yang dapat ditempuh dengan
jangka waktu lebih seingkat selama satu setengah jam dari Pantai
Marina Ancol menjadi pilihan warga Jakarta yang ingin
menghabiskan waktu liburan mereka dan menghabiskan waktu senggang mereka di
tengah-tengah kesibukan mereka. Gusti, seorang pemandu wisata yang ditemui di
lokasi wisata tersebut mengakui bahwa meski ia lahir dan besar di Pulau Tidung,
ia sama sekali tidak mengetahui cerita di balik Jembatan Cinta tersebut.
"Saya kira nama Jembatan Cinta hanya
dibikin-bikin saja agar menarik perhatian pengunjung saja, neng. Saya kira
tidak ada cerita rakyat dari sini soal jembatan itu" kata pria gagah dan
berkulit gelap pemandu wisata kami itu.
Pengunjung Pulau Tidung tidak hanya didominasi anak-anak muda, tapi juga rombongan keluarga yang terdiri atas anak-anak sampai orang tua. Selain Jembatan Cinta, obyek wisata lainnya adalah menyaksikan keindahan terumbu karang, berenang di pantai yang berpasir putih, serta permainan perahu yang ditarik kapal (banana boat).
Andri, salah seorang pengelola biro
perjalanan wisata Pulau Tidung mengatakan bahwa kunjungan wisata ke pulau
tersebut tahun ini tidak sebanyak dibanding liburan Lebaran tahun lalu.
"Tahun lalu kunjungan wisatawan waktu liburan Lebaran mencapai 9.200
orang, tapi untuk tahun ini tidak lebih dari 5.000," kata pria bertopi
tersebut.
Berbeda dengan pelabuhan Marina yang
tampak lebih modern dengan menyediakan speed boat dengan tarif Rp 200.000/orang sekali jalan, pelabuhan
Muara Angke terlihat kumuh dan menyediakan kapal kayu yang disebut "ojek
kapal" dengan tarif hanya sekitar Rp 40.000/orang sekali jalan.
"Yang membedakan hanyalah fasilitas transportasi,
sehingga tarif paket wisata dari Marina bisa tiga kali lipat lebih mahal
dibandingkan dengan tarif dari Muara Angke," katanya.
Paket wisata ke Pulau Tidung dan
pulau lainnya dari Muara Angke rata-rata hanya berkisar Rp 270.000/orang
termasuk dengan biaya pajak transportasi, sementara dari Pelabuhan Marina
mencapai Rp 800.000/orang. Paket wisata tersebut sudah berikut dengan tiket
pulang pergi, home stay 2 hari 1 malam dilengkapi dengan extra bed untuk 5
orang, makan sehari 2 kali berserta dengan breakfast sebelum pulang, sepeda
untuk berkeliling.
Dengan banyaknya kalayak yang sudah
banyak mengetahui keberadaan Pulau Tidung diadakannya pesta rasa rakyat
Pergelaran Kesenian Tradisional Masyarakat Di Wilayah Kelurahan diselenggarakan
dengan meriah hingga larut malam. Di meriahkan oleh salah satu artis pelawak
papan atas ibu kota terkemuka Azis Gagap, penyanyi dangdut, penari adat yang di
tampilkan dari penduduk asli Pulau Tidung itu.
Namanya yang semakin diperbincangkan
oleh masyarakat membuat kita sering bertanya apa makna dari sebuah Pulau Tidung
dan ada cerita apa di baliknya, setelah menyelusuri beberapa sumber dengan
berhasil mewawancarai seorang sekretariat Rukun Warga di sana yang ialah
seorang keturunan ke 6 dari Raja Pandita.
Ditemukanlah sebuah kisah menarik
bahwa asal nama Pulau Tidung diambil dari nama salah satu suku di Kalimantan
Timur. Bagi warga dayak Tidung nama
Raja Pandita sangat disegani selain tokoh yang anti penjajah juga panutan.
Karena kegigihannya dalam memenentang Belanda, akhirnya Raja Pandita di tangkap
dan diasingkan ke Kepulauan seribu.
Raja Pandita asli
etnik Tidung Malinau sempat dicari makamnya oleh sanak keluarga ke penjuru
tanah air. Akhirnya diketemukan di Kepulauan Seribu yang dikenal dengan Pulau
Tidung sampai saat ini, sebagai bentuk penghormatan kepada etnik Tidung- Raja
Pandita. Jasad Raja Pandita tidak diangkut ke Malinau Kalimantan Timur, tapi
dimakamkan di salah satu pulau di Kepulauan Seribu Selatan yang sejak dulu
sudah diberinama Pulau Tidung.
TPU Pulau Tidung
merupakan wakaf dari keturunan Raja Pandita bernama Hamid. Di luar pagar TPU
tersebut dibangun sebuah bangunan berbentuk museum kecil untuk mengubur jasad
Raja Pandita dan keluarganya. Di kuburan yang menyerupai museum tersebut juga
dipasang beberapa informasi mengenai silsilah dan perjuangan raja Pandita
melawan Belanda dimasa perjuangan.
Hadir dalam acara
pemindahan kubur Raja Pandita antara lain Bupati Malinau Yansen TP dan
wakilnya, Topan Amrulah, Bupati Bulungan Budiman Arifin dan Bupati Pulau Seribu
H Lutfi. Selain tiga bupati, hadir pula Komandan Batalyon Raja Pandita Letkol
Nasrulloh Nasution, Kapolres Malinau Desmon Tarigan, Ketua DPRD Malinau Martin
Labo serta beberapa pemangku adat Tidung dari Malinau.
Peti jasad sang Raja
Pandita diletakan bersebelahan bersama dengan peti jasad isterinya Tya dan
anak semata wayangnya Midun. Nama
asli Pandita adalah Sapu Al Kaca dengan gelar Panembahan Raja Pandita. Ayahnya
bernama Hanafiah asal Berau dan ibunya warga suku Tidung. Pandita tinggal di
Kwalau Malinau tahun 1817. Keluarga Pandita dipindahkan dari Bulungan ke
Malinau karena menghindari peperangan saudara yang kerap terjadi.
Lalu di Malinau
Pandita hidup damai. Dalam silsilah Pandita adalah anak kedua dari 7 bersudara.
Gelar panembahan Raja Pandita diserahkan tahun 1873 di Pulau Sapi. Saat
pemerintahan Pandita, Kerajaan Tidung di Malinau ramai didatangi suku dari
Banjar dan Arab. Pendatang ini masuk ke Malinau dalam rangka bisnis yang
membuat ekonomi di daerah tersebut berkembang karena memberlakukan pemungutan
pajak bagi pedagang sebesar 10 persen.
Pemda Kabupaten
Malinau akan membuat memugar istana Raja Pandita di Malinau dijadikan obyek
wisata religius bersanding dengan makam Raja Pandita yang ada di Kepulauan
Seribu. Di wisata pulau
tidung ini anda juga bisa
menikmati indahnya sunset yang di hiasi dengan air laut yang kebiruan, tampak
sangan mempesona sangat tampak jelas jika dinikmati dari Pulau Tidung kecil,
dengan terumbu karang yang indah, pasir putih pinggir pantai, angin sejuk yang
bisa membuat anda menjadi fresh dan
nyaman dengan sensai alamnya yang luar biasa untuk kenyamanan liburan anda.
Untuk kalian yang
ingin mencari tempat berwisata yang menarik, Pulau Tidung salah satu tempat
menarik Indonesia yang dapat di jadikan pilihan berlibur yang menyenangkan.
Selain budget yang disediakan tidak terlalu tinggi dapat di sesuaikan oleh
kantong pelajar ini, Pulau Tidung juga memiliki cerita di balik keindahnya yang
sangat menarik untuk di ketahui. Setiap pulau memiliki keindahan dan mitos masing-masing
yang berbeda. Wisata pulau tidung ini merupakan wisata bahari yang patut untuk
anda coba, selamat ber’advanture...............