Wednesday 16 December 2015

Sejarah Di Balik Keindahan Pulau Tidung






Jembatan Cinta menjadi obyek wisata favorit ribuan wisatawan yang mengunjungi Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, Jakarta, kami mengunjungi Kepulauan Seribu tersebut sebelum memasuki masa liburan anak sekolah, Jakarta (08/12/2015).

Walau pada saat saya mengunjunginya sebelum masa liburan, jembatan sepanjang 800 meter yang menghubungkan Tidung Besar dan Tidung Kecil tersebut penuh sesak pengunjung yang sebagian besar muda mudi yang sengaja datang karena penasaran dengan cerita mengenai Jembatan Cinta yang sudah menjadi salah satu ikon wisata di Pulau wisata tersebut.
                          
"Saya tertarik datang ke tempat wisata ini untuk mencari sebuah berita unik untuk di publikasikan pada masyarakat yang belum mengetahuinya dan memang dari dalam diri pribadi saya sendiri muncul rasa ingin tahu dengan cerita mengenai jembatan ini. Dari cerita yang saya dengar, pasangan yang menyeberangi Jembatan Cinta ini akan mendapatkan cinta abadi," kata Mutiara, salah satu reporter berita dari KOMPAS TV yang datang bersama anggota kru’nya.

Meski tidak sepenuhnya percaya dengan mitos masyarakatt setempat tersebut, dari hasil survey pengunjung yang berada di lokasi sepakat menegaskan tujuan utamanya adalah mengisi waktu senggang yang mereka miliki di tengah kesibukan dan menikmati keindahan alam yang ditawarkan oleh Pulau Tidung.

"Namanya juga mitos, boleh percaya dan boleh tidak. Saya merawat kawasan ini untuk dinikmati bagi pengunjung yang ingin tahu lebih lengkap lagi mengenai keindahan Pulau Tidung" kata sekretaris Rukun Warga di sana yang mewakilkan untuk diwawancarai, yang bertepatan pada saat itu Ketua RT di sana sedang mengikuti rapat di Sunter, Jakarta.

Versi lain dari mitos Jembatan Cinta adalah, pasangan yang secara bersama berani melompat dari jembatan tersebut, maka hanya maut yang akan memisahkan mereka. Di salah satu bagian tertinggi dari jembatan yang dibuat melengkung setinggi delapan meter, puluhan orang baik itu pengunjung dari luar Pulau maupun penduduk Pulau yang memang sengaja menjadikan itu sebagai tempat rekreasi harian mereka juga tampak mengantri untuk melompat di wahana yang mengacu adrenalin tersebut. Tapi tidak sedikit yang tampak ragu-ragu dan tidak berani untuk melompat setelah berada di pinggir jembatan.

"Lompatlah buat ngerasain gimana sensasi yang di dapet pada saat melompat hingga pada saat sampai di dalam dasar permukaan laut," kata salah seorang penduduk yang nampak sudah berkali-kali melompati jembatan ini menggambarkan sensasi luar biasa yang di dapat kepada seorang pengunjung yang sudah siap-siap di pinggir jembatan untuk melompat dan seorang rekannya yang sudah menyiapkan bidik kamera untuk mengabadikan peristiwa tersebut.  



Dari hasil wawancara yang dilakukan membuat rasa penasaran saya tergali semakin dalam. Pulau Tidung yang bisa ditempuh dalam waktu sekitar dua setengah jam dari Pelabuhan Muara Angke yang sebenaryan adalah pelabuhan kapal nelayan dan akses lainnya yang dapat ditempuh dengan jangka waktu lebih seingkat selama satu setengah jam dari Pantai

Marina Ancol menjadi pilihan warga Jakarta yang ingin menghabiskan waktu liburan mereka dan menghabiskan waktu senggang mereka di tengah-tengah kesibukan mereka. Gusti, seorang pemandu wisata yang ditemui di lokasi wisata tersebut mengakui bahwa meski ia lahir dan besar di Pulau Tidung, ia sama sekali tidak mengetahui cerita di balik Jembatan Cinta tersebut.

"Saya kira nama Jembatan Cinta hanya dibikin-bikin saja agar menarik perhatian pengunjung saja, neng. Saya kira tidak ada cerita rakyat dari sini soal jembatan itu" kata pria gagah dan berkulit gelap pemandu wisata kami itu.

Pengunjung Pulau Tidung tidak hanya didominasi anak-anak muda, tapi juga rombongan keluarga yang terdiri atas anak-anak sampai orang tua. Selain Jembatan Cinta, obyek wisata lainnya adalah menyaksikan keindahan terumbu karang, berenang di pantai yang berpasir putih, serta permainan perahu yang ditarik kapal (banana boat).

Andri, salah seorang pengelola biro perjalanan wisata Pulau Tidung mengatakan bahwa kunjungan wisata ke pulau tersebut tahun ini tidak sebanyak dibanding liburan Lebaran tahun lalu. "Tahun lalu kunjungan wisatawan waktu liburan Lebaran mencapai 9.200 orang, tapi untuk tahun ini tidak lebih dari 5.000," kata pria bertopi tersebut.

Andri menduga bahwa fenomena penurunan pengunjung ini terjadi dikarenakan semakin banyak Pulau lain yang baru-baru saja ini diketahui oleh para calon pengunjung yang akan berlibur dan mencari suasana baru pada waktu liburan yang juga berdekatan dengan tahun ajaran baru ikut menjadi penyebab penurunan itu karena para orang tua lebih memprioritaskan anggaran untuk biaya pendidikan..

Berbeda dengan pelabuhan Marina yang tampak lebih modern dengan menyediakan speed boat dengan tarif Rp 200.000/orang sekali jalan, pelabuhan Muara Angke terlihat kumuh dan menyediakan kapal kayu yang disebut "ojek kapal" dengan tarif hanya sekitar Rp 40.000/orang sekali jalan.

 "Yang membedakan hanyalah fasilitas transportasi, sehingga tarif paket wisata dari Marina bisa tiga kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan tarif dari Muara Angke,"  katanya.

Paket wisata ke Pulau Tidung dan pulau lainnya dari Muara Angke rata-rata hanya berkisar Rp 270.000/orang termasuk dengan biaya pajak transportasi, sementara dari Pelabuhan Marina mencapai Rp 800.000/orang. Paket wisata tersebut sudah berikut dengan tiket pulang pergi, home stay 2 hari 1 malam dilengkapi dengan extra bed untuk 5 orang, makan sehari 2 kali berserta dengan breakfast sebelum pulang, sepeda untuk berkeliling.

Dengan banyaknya kalayak yang sudah banyak mengetahui keberadaan Pulau Tidung diadakannya pesta rasa rakyat Pergelaran Kesenian Tradisional Masyarakat Di Wilayah Kelurahan diselenggarakan dengan meriah hingga larut malam. Di meriahkan oleh salah satu artis pelawak papan atas ibu kota terkemuka Azis Gagap, penyanyi dangdut, penari adat yang di tampilkan dari penduduk asli Pulau Tidung itu.

Namanya yang semakin diperbincangkan oleh masyarakat membuat kita sering bertanya apa makna dari sebuah Pulau Tidung dan ada cerita apa di baliknya, setelah menyelusuri beberapa sumber dengan berhasil mewawancarai seorang sekretariat Rukun Warga di sana yang ialah seorang keturunan ke 6 dari Raja Pandita.

Ditemukanlah sebuah kisah menarik bahwa asal nama Pulau Tidung diambil dari nama salah satu suku di Kalimantan Timur. Bagi warga dayak Tidung nama Raja Pandita sangat disegani selain tokoh yang anti penjajah juga panutan. Karena kegigihannya dalam memenentang Belanda, akhirnya Raja Pandita di tangkap dan diasingkan ke Kepulauan seribu.



Raja Pandita asli etnik Tidung Malinau sempat dicari makamnya oleh sanak keluarga ke penjuru tanah air. Akhirnya diketemukan di Kepulauan Seribu yang dikenal dengan Pulau Tidung sampai saat ini, sebagai bentuk penghormatan kepada etnik Tidung- Raja Pandita. Jasad Raja Pandita tidak diangkut ke Malinau Kalimantan Timur, tapi dimakamkan di salah satu pulau di Kepulauan Seribu Selatan yang sejak dulu sudah diberinama Pulau Tidung.

TPU Pulau Tidung merupakan wakaf dari keturunan Raja Pandita bernama Hamid. Di luar pagar TPU tersebut dibangun sebuah bangunan berbentuk museum kecil untuk mengubur jasad Raja Pandita dan keluarganya. Di kuburan yang menyerupai museum tersebut juga dipasang beberapa informasi mengenai silsilah dan perjuangan raja Pandita melawan Belanda dimasa perjuangan.




Hadir dalam acara pemindahan kubur Raja Pandita antara lain Bupati Malinau Yansen TP dan wakilnya, Topan Amrulah, Bupati Bulungan Budiman Arifin dan Bupati Pulau Seribu H Lutfi. Selain tiga bupati, hadir pula Komandan Batalyon Raja Pandita Letkol Nasrulloh Nasution, Kapolres Malinau Desmon Tarigan, Ketua DPRD Malinau Martin Labo serta beberapa pemangku adat Tidung dari Malinau.

Peti jasad sang Raja Pandita diletakan bersebelahan bersama dengan peti jasad isterinya Tya dan anak semata wayangnya Midun. Nama asli Pandita adalah Sapu Al Kaca dengan gelar Panembahan Raja Pandita. Ayahnya bernama Hanafiah asal Berau dan ibunya warga suku Tidung. Pandita tinggal di Kwalau Malinau tahun 1817. Keluarga Pandita dipindahkan dari Bulungan ke Malinau karena menghindari peperangan saudara yang kerap terjadi.

Lalu di Malinau Pandita hidup damai. Dalam silsilah Pandita adalah anak kedua dari 7 bersudara. Gelar panembahan Raja Pandita diserahkan tahun 1873 di Pulau Sapi. Saat pemerintahan Pandita, Kerajaan Tidung di Malinau ramai didatangi suku dari Banjar dan Arab. Pendatang ini masuk ke Malinau dalam rangka bisnis yang membuat ekonomi di daerah tersebut berkembang karena memberlakukan pemungutan pajak bagi pedagang sebesar 10 persen.

Pemda Kabupaten Malinau akan membuat memugar istana Raja Pandita di Malinau dijadikan obyek wisata religius bersanding dengan makam Raja Pandita yang ada di Kepulauan Seribu. Di wisata pulau tidung ini anda juga bisa menikmati indahnya sunset yang di hiasi dengan air laut yang kebiruan, tampak sangan mempesona sangat tampak jelas jika dinikmati dari Pulau Tidung kecil, dengan terumbu karang yang indah, pasir putih pinggir pantai, angin sejuk yang bisa membuat anda menjadi fresh dan nyaman dengan sensai alamnya yang luar biasa untuk kenyamanan liburan anda.



Untuk kalian yang ingin mencari tempat berwisata yang menarik, Pulau Tidung salah satu tempat menarik Indonesia yang dapat di jadikan pilihan berlibur yang menyenangkan. Selain budget yang disediakan tidak terlalu tinggi dapat di sesuaikan oleh kantong pelajar ini, Pulau Tidung juga memiliki cerita di balik keindahnya yang sangat menarik untuk di ketahui. Setiap pulau memiliki keindahan dan mitos masing-masing yang berbeda. Wisata pulau tidung ini merupakan wisata bahari yang patut untuk anda coba, selamat ber’advanture...............